Sebuah pelajaran berharga,
sekaligus teguran bagi saya, ketika saya ternyata tidak bisa melewati ujian
prekompre tahap pertama. Kecewa, sedih, ga nyangka dan menyesal saya rasakan di
hari-hari setelah pengumuman, sembari menunggu tahap selanjutnya maka setiap
detiknya terasa makin mengecewakan.
Setelah saya evaluasi, apa yang
terjadi sama saya? Entahlah..walau mungkin memang sudah digariskan jauh sebelum
hari itu, tetap saya merasa bahwa saya memang agak sedikit menyepelekan, dan
saya memang tidak siap untuk menghadapi ujian itu. Parahnya saya tidak
menyadari keterbatasan saya. Bisa saja teman-teman saya lulus sempurna tanpa
banyak persiapan, tapi ini saya,..dengan segala keterbatasan yang ada. Entah
kenapa saat itu juga banyak hal yang memang saya pikirkan, di otak saya ada
begitu banyak persoalan yang terus muncul.
Ditambah ketika station pertama
saya langsung dihadapkan dengan supervisor yang membuat deg-degan. Beliau
memang terkenal “detail” di kalangan cadok seperti saya. Tapi, harusnya saya bisa
mengantisipasi keadaan ini, toh selama ini saya “digembleng” untuk bisa
menghadapi saat-saat seperti ini. Nyatanya saya memang gagal pada kesempatan
pertama kali itu. Parahnya kegagalan di station pertama terus membayangi saya
sampai station-station berikutnya dan, jujur, mempengaruhi konsentrasi dan
psikologis yang membuat saya kurang bisa berpikir jernih. Daann..hasilnya saya
hanya mampu lulus 50% dari 8 station yang ada. Padahal batas minimal lulus
adalah 60%. Whaa...hiks hiks..
Saya telepon ibu saya di rumah,
menceritakan kegagalan saya dengan kesedihan. Selesai saya ceritakan semuanya,
kalimat yang ke luar pertama dari beliau yang ada diujung handphone adalah :
“jadikan itu pelajaran, evaluasi diri, ambil hikmahnya dan segera persiapkan untuk
tahap berukutnya..”. Saya pun hanya bisa menganggukan kepala walau mungkin
beliau di ujung handphone tak dapat melihatnya. Meski beliau mengucapkannya
dengan nada sedih, tapi itu dapat menjadi cambuk bagi saya.
Seminggu tersisa saya gunakan
dengan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan ujian berikutnya. Tekad dalam diri
sekarang adalah saya jangan sampai gagal untuk kedua kalinya.
Hari H pun tiba, kali ini saya
datang dengan penuh semangat, fokus dan berusaha sebaik-baik pengetahuan yang
saya bisa. Deg-degan? Iya..tapi saya harus bisa mengatasi ini. Jangan
mengecewakan lagi. Hasilnya..Alhamdulillah..saya kali ini lulus 100%.
Pelajaran yang saya dapat, jangan
kita menyepelekan suatu perkara yang ada di hadapan kita, hadapi dengan
sebaik-baiknya, berikhtiar itu suatu kewajiban, berbaik sangka pada Alloh,
selebihnya tawakal pada Alloh atas segala upaya kita..
“Sesungguhnya tiada daya dan
upaya kecuali atas izin Alloh SWT”.
By Laki-Laki kecil dengan amalan
kecilnya.