Malam itu, abis sholat tarawih, biasa...”eh pada makan yu..”. “Yu,yu,yu..”. Tapi, setiap itu pula muncul pertanyaan klasik yang mengikutinya, “Makan di mana ya..?”. Jawabannya juga klasik, “Terserah..”. Hadeeuuh...Kalo aku, jujur, karena jarang makan di luar (maksudnya di yang agak jauh-jauh gitu) aku si lebih sering ngikut-ngikut aja, biasanya yang milih tempat adalah temen-temen yang udah pada punya cewe,,kan mereka sering tuh makan di luar. Kalau aku kan jomblo, jadi ga tau tempat makan yang asik-asik. Hehe..
Tapi, kami tetap bersyukur karena kami masih bisa ngomong, “makan di mana”, cobalah tengok sodara kita bahkan mungkin ada yang masih bertanya, “besok makan apa tidak?”, dan jangan sampe deh ya teman-teman kita bilang, “besok makan siapa?” waahh..itu mah gawat. Apalagi kalau nanti udah jadi orang yang punya kedudukan, jangan sampe deehh..
Akhirnya, setelah memakan waktu cukup lama kami (para J4 community) berpikir, berkat teman saya Indra, ditentukanlah tempat yang akan kami kunjungi. “Dapur bistik” yang ada di daerah pleburan. Sebenarnya sering juga si lewat di depannya, tapi belum pernah mencobanya.
Ketika kami masuk, hm..tempatnya lumayan keren, kami memilih tempat di lantai 2 agar lebih nyaman sekalian menikmati pemandangan malam hari. Kebetulan di lantai 2 ini ada TV LCD yang cukup besar, jadi kami bisa nonton TV sembari menunggu pesanan jadi.
Sesuai dengan namanya, di sini semua hidangan berupa bistik. Ada bistik udang, bistik ayam, bistik sapi, bistik cumi, bistik torpedo, bistik kakap, bistik kepiting, dan bistik lidah. Setelah beberapa saat jatuhlah pilihan saya pada bistik lidah sapi, heheh...alasannya simple aja, karena saya belum pernah mencobanya..
Beberapa saat kemudian, tara...jadilah pesanan kami. Kesan aku sih, lumayan enak. Rempah-rempahnya kerasa banget, kalau kata orang sunda mah “bumbunya teleb”, kaya masakan mamah. (^^)..Alhamdulillah..
Read my other sharing Puasa Melayang? or Gejala Penyakit Addison.