Dokter, Kami Ingin Punya Anak, Apa Tips Punya Anak?

Pagi itu datang sepasang suami istri dengan keluhan sukar punya anak ke bagian di mana saya stase (radiologi), konon telah 5 tahunan telah menikah. Saya cukup kagum, karena dua-duanya yang datang, bukan istri saja atau suami saja, ini berarti ada komunikasi yang baik dan saling pengertian di antara keduanya. Tidak seperti kebanyakan yang dijumpai, terkadang pasangan hanya memvonis satu pihak saja, padahal ada banyak sekali faktor yang bisa menjadi penyebab infertilitas. Memang si..keliahatanya pasangan ini juga memiliki pendidikan yang cukup tinggi.
“Dokter, kami ingin punya anak, apa tips ingin cepat punya anak?”, keluh pasien.

Lalu kenapa ko datang ke bagian radiologi? Apa hubungannya? Kenapa tidak ke bagian ObsGyn? Selidik punya selidik, ternyata keduanya memang telah datang ke dokter obsgyn, dan dokternya menawarkan alternatif radiologi intervensi (Interventional Radiology) bagi masalah pasangan ini. Udah tau kan Interventional Radiology itu apa? Kalo tidak salah saya sudah memposting tentang ini deh, kalo belum dan ingin mengetahuinya silakan klik di radiologi intervensi ini. 

Dokter obsgyn telah melakukan pemeriksaan sperma suami, hasilnya tak ada masalah dan dapat berfungsi baik. Kemudian istri diperiksa histerosalpingografi (HSG) untuk melihat kepatenan dari tuba palopii. Ternyata tidak ditemukan spill (tumpahan kontras), dokter radiologinya menyimpulkan bahwa tuba palopii sang istri dua-duanya tidak paten. So, ga bisa terjadi pembuahan dong ya.

Akhirnya dokter obsgyn menawarkan interventional radiology dan pasien setuju. Singkat cerita pasien dirujuk ke RS Dr Kariadi Semarang. Akhirnya pasangan itu berangkat dari Yogyakarta ke Semarang ,yang telah memiliki layanan Intervantional Radiology, dengan sebuah asa yang besar akan terpecahkan masalahnya.

Prosedurpun dimulai, dengan sangat telaten dokter mencoba mengambil gambaran dari uterus dan tuba palopii dengan kontras, ternyata memang benar kedua tuba tidak paten, kemudian dengan semacam kawat khusus (haduu…pokonya alat-alatnya banyak, biar gampang untuk kalangan awam pokonya kaya kawat gitu..:p) dokter radiologinya kemudian mencoba membuka tuba yang mengalami semacam perlengketan tersebut, setelah sekitar 20 menit mencoba dengan telaten, akhirnya kontras dapat tumpah ke cavum peritoneum juga dan tuba kiri telah paten. 

Saya dan juga dokter yang melakukan hanya melihat monitor sebagai panduan, waw..kemampuan membayangkan 3 dimensi sangat berperan di sini. Kemudian, dokter mencoba membuka tuba yang sebelah kanan tapi rupanya tidak berhasil, akhirnya tindakan dihentikan karena pasien juga tampak menahan sakit.
Setelah difoto, kini tinggal edukasi bagi pasien. Nah..sekarang dari segi anatomis setidaknya mereka telah memiliki peluang 50%, karena satu tuba palopii yang lain belum berhasil dibuka. 

Dalam sesi edukasi si suami bertanya, “Apa yang satu lagi dapat di buka di waktu yang akan datang? Dokter bersedia mencobanya lagi kan?hehe..”. Udah gitu si istrinya refleks bilang, “Sakit tau..! Mas sih ga ngerasain..”, dokter dan kami yang ada di situ hanya bisa tersenyum simpul, “InsyaAlloh bersedia, tapi sekali lagi saya hanya berusaha, tak dapat menjanjikan apapun, sekarang yang penting usaha yang intensif selama 2-4 bulan dulu, baru nanti dievaluasi lagi, kalau soal nyerinya nanti bisa saya beri obat”.

Dan mereka pun pulang dengan asa dan harapan yang baru serta semangat untuk usaha intensif yang akan dilakukan. Ah..senang rasanya kalau melihat pasien pulang dengan tersenyum, semoga berhasil ya..:D. Jangan lupa berdo’a. Semoga kalian segera dipercaya oleh Alloh SWT untuk memiliki keturunan.

Baca artikel saya yang lain: Kejang demam pada anak, Cintailah apa adanya dan Hipospadia.
Previous Post Next Post