Saya baru ‘ngeh’ ternyata di
daerah saya ada suatu bendungan manganti. Bendungan manganti merupakan
bendungan yang membendung aliran sungai Ci Jolang. Sungai Ci jolang adalah
sungai yang memisahkan wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah di bagian selatan,
sedangkan batas wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah di bagian utara adalah
sungai Ci Pamali.
Memang, penentuan batas wilayah
ini hanyalah ditentukan berdasar geografis saja. Padahal, di balik penentuan
batas ini, banyak menimbulkan masalah dan konflik sosial. Penentuan batas ini
memang awalnya ditentukan oleh pemerintah kolonial belanda dan tidak memandang
karakteristik dan keadaan masyarakatnya. Sehingga banyak desa atau kecamatan
yang berada di daerah perbatasan ini mengalami kebingungan. Setelah kemerdekaan
pun pemerintah tak merubah batas geografis antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebagai
contoh nyata adalah Kecamatan Dayeuhluhur. Secara geografis Kecamatan
Dayeuhluhur masuk ke wilayah Jawa Tengah karena berada di sebelah timur dari
sungai Ci Jolang. Akan tetapi, tatanan masyarakatnya dari bahasa, adat
istiadat, kebudayaan, dan falsafah masyarakatnya sesuai dengan masyarakat etnis
sunda yang identik dengan Jawa Barat. Masyarakat di KecamatanDayeuhluhur
menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa ibu dan bahasa pergaulan sehari-hari.
Bahkan, bahasa sunda yang digunakan adalah bahasa sunda yang halus, identik
dengan masyarakat di daerah Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar di Jawa Barat. Sebaliknya,
ada juga desa atau kecamatan yang secara geografis termasuk wilayah Jawa Barat
sedangakan kebudayaannya merupakan kebudayaan jawa. Contohnya adalah desa
Lakbok dan Langensari.
Nah, Bendungan Manganti ini
berada di daerah Manganti, Lakbok (Jawa Barat) dan Kedungreja (Jawa Tengah).
Untuk menuju ke Bendung Manganti saya menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari
Kota Banjar. Bendungan ini selain digunakan sebagai pembangkit listrik terbatas
untuk daerah sekitar bendungan juga digunakan untuk area rekreasi dan sarana
pengairan.
Banyak warga yang
menghabiskan sore hari di area
bendungan. Mereka dapat menikmati makanan ringan yang disediakan warung-warung
kopi dan snack yang berada sekitar bendungan. Ada juga yang mengabiskan sore
hari dengan pasangan dan keluarga. Bendungan ini juga menjadi arena bermain
anak dengan adanya fasilitas ayunan dan perosotan untuk anak-anak. Bagi yang
hobby dengan fotografi daerah sekitar Bendung Manganti juga lumayan bagus untuk
objek fotografi.
Sayangnya, jalan akses menuju
bendungan kurang baik. Beberapa jalan malah ada yang masih belum diaspal.
Sepertinya sudah merupakan masalah klasik warga dan wilayah di perbatasan
selalu menjadi korban atas minimnya infrastruktur dan pemerataan ekonomi.
Semoga kedepannya pemerintah berwenang dapat mengutamakan wilayah-wilayah ini
sebagai target pembangunan fisik dan ekonomi karena jangan lupa bahwa daerah
perbatasan adalah serambi bagi wilayah yang lebih sentral. Sebagai serambi maka
daerah ini pula yang akan pertama tampak bagi siapa pun yang akan masuk.