Malam itu, sekitar pukul 22.30 datanglah seorang ibu yang telah inpartu datang ke IGD RSDK di mana saya jaga malam itu. Ibu (calon ibu) G1P0A0, 25 tahun, hamil 36 minggu 4 hari dan kini telah inpartu. Sang ibu datang ditemani seorang laki-laki yang berusia sekitar 28 atau 30 tahun an yang tak lain adalah suaminya, juga seorang ibu yang hampir paruh baya.
Ibu (calon ibu) ini datang memasuki ruangan dengan bed yang didorong oleh seorang perawat. Dan, yang membuat saya tidak lupa adalah rintihannya yang menahan his dari kandungnanya. Katanya sih sakit banget, ya itu juga katanya kan saya mah ga pernah dan ga akan pernah merasakan..
Ia selalu ingin ditemani oleh ibu paruh baya yang merupakan ibundanya. “Anak pertama ya mba..?”, selang saya dan teman-teman. “Iya.., saya takut mas..”, jawabnya singkat. Yang tampak jelas hanyalah genggaman tangannya yang dengan sangat kuat meremas tangan ibundanya, sambil sesekali merintih. Namun sayang, kami harus memisahkannya dari sang ibu, lantaran kami ingin akan memeriksanya lebih jauh untuk menetapkan sikap dalam menanganinya. Dari sinilah berawal, ketika ibunya akan ke luar ruangan periksa IGD, si (calon) ibu menahannya, walaupun ia sadar tak akan berhasil menahan ibunya tersebut. Akhirnya tangannya melepas genggaman tangan ibunya yang begitu kuat ia pegang.
“De..tolong ditensi ya..”, sahut dokter senior. “baik dok..”, saya kemudian mengukur tekanan darah (calon) ibu ini. Namun yang terjadi, ketika saya pasangkan spygmomanometer di lengannya, sekarang malah tangan saya yang diremas dengan sangat kuat. Saya berusaha melepaskan, tapi rasanya tak tega juga meminta (calon) ibu ini melepaskan remasanya yang cukup membuat saya meringis kesakitan. Ya..refleks tangan (calon) ibu ini meraih lengan kiri saya dan meremasnya kuat-kuat sambil sedikit merintih. Saya jadi ikutan meringis lantaran sakit...:p dan ini benar-benar sakiiitt..
Hingga pemeriksaan selesai (calon) ibu ini tak juga mau melepaskan remasannya yang sangat kuat. Ah..pasrah..pasrah..(calon) ibu itu akhirnya bilang, “Maaf ya mas..saya harus memegang kuat tangan mas karena kalo pegang besi di tempat tidur itu sakit dan ga bisa diremes-remes..nah kalo tangan mas kan bisa diremes-remes..”. ya..tapi jangan buat kulit saya coplok dong bu..hehe..
Ah..saya jadi sedikit membayangkan kalau kelak saya mendampingi istri saya melahirkan, apakah dia juga akan meremas tangan saya dengan sebegitu kuatnya? Wha..ga kebayang..ya..walaupun ikhlas jika memang istri saya juga melakukan hal yang sama, tapi..asal tidak membuat tangan saya cidera aja habis ke luar dari kamar bersalin.hehehe...kan ga lucu kalau ke luar kamar bersalin malah jadi ikutan dirawat karena jambakan dan remasan sang istri..:p