Syukurlah, udara kita transparan dan “bersih fresh”
Bagaimana ceritanya sehingga kita dapat melihat melalui udara???
Penjelasannya sederhana sekali. Molekul-molekul udara saling terpisah begitu jauh sehingga sesungguhnya kita memandang melalui ruang kosong. Untuk melihat suatu benda kita harus melihat molekul-molekul benda yang bersangkutan, tetapi molekul udara sekitar seribu kali lebih kecil daripada yang mampu kita lihat, bahkan melalui mikroskop.
Tentu saja dalam hal ini kita bicara soal memandang lewat udara yang murni, tidak tercemar. Memandang lewat udara yang kotor akan kita bahas belakangan.
Udara terdiri atas 99 persen molekul-molekul nitrogen (N2) dan oksigen (O2) yang kurang lebih memiliki ukuran yang sama, yang juga terpisah jauh sehingga ada ruang yang betul-betul kosong di antara molekul-molekulnya. Tidak heran jika cahaya dapat lewat melalui udara dari suatu benda langsung mata kita, tanpa halangan sama sekali. Dan itulah definisi yang pas untuk transparan.
Akan tetapi bahkan apabila cahaya tampak (visible light) kebetulan menumbuk salah satu molekul nitrogen atau oksigen, cahaya itu tidak diserap. Banyak jenis molekul lain memiliki sifat menyerap cahaya dengan panjang gelombang atau warna tertantu. Ketika warna tertentu dari warna cahaya terserap, cahaya yang tersisa, kecuali warna tadi, tampak oleh kita sebagai warna lain. Itu sebabnya ada gas yang tampak berwarna.
Gas klor (Cl2) misalnya, berwarna hijau. Jika Anda memiliki sebuah tabung kaca berisi gas klor (Cl2) Anda masih dapat memandang lewat gas itu karena molekul-molekulnya juga terpisah sangat jauh, tetapi cahaya yang sampai ke mata Anda akan mengandung warna hijau. Transparansi dan warna dengan demikian sesungguhnya merupakan dua hal yang berbeda, terlapas dari kenyataan bahwa banyak orang menyebut plastik tak berwarna sebagai “bening” alih-alih tak berwarna. Kaca yang berwarna adalah yang diwarnai, tetapi kita masih bias memandang melalui kaca itu; kaca itu masih transparan (tembus pandang).
Sekarang kita bahas soal udara tercemar. Jika Anda pernah terbang menuju kota Los Angeles, Denver, atau Mexico City, Anda mungkin telah melihat selapis awan coklat kekuningan bergantung di atas kota-kota itu. Itu udara yang mengandung nitrat oksida, sejenis gas kecoklatan yang membuat mata perih, yang terbentuk ketika nitrogen oksida lain dari gas buangan kendaraan bereaksi dengan oksigen di udara.
Ketika bahan pencemar, termasuk asap dan kabut kimiawi, menjadi begitu kental sehingga bermacam-macam panjang gelombang cahaya terserap, udara umumnya menjadi kurang transparan. Molekul-molekulnya masih saling berjauhan, tetapi sebagian besar adalah penyerap cahaya –atau sesungguhnya membuyarkan cahaya – sehingga hanya sedikit cahaya yang sampai ke mata kita. Banyak tempat di dunia ini yang transparansi udaranya menjadi sangat berkurang sehingga kita tidak dapat lagi menikmati keindahan sebuah puncak gunung, padahal waktu dahulu kita dapat memandangnya sepuas hati.
Betul, kita beruntung karena udara transparan. Akan tetapi di sejumlah tempat transparansinya sudah tidak seperti dahulu lagi. Jadi marilah kita jaga kebersihan dan kesegaran udara dan stop pencemaran udara sekarang juga..! Betul..