Ketika kita menaruh sapanci air di atas kompor, kita kadang menyetel apinya sebesar mungkin karena tidak sabar. Tapi, ketika air itu mulai mendidih kita harus mengutangi setelan apinya agar air tidak tumpah. Walaupun demikian, kita masih ingin air itu sepanas mungkin sehingga makanan yang kita masukkan cepat matang. Ada ga sih cara untuk membuat air lebih panas tanpa harus membersihkan percikan-percikan masakan kita sesudahnya?
Maaf sekali, tetepi begitu air mendidih, panasnya tidak akan bertambah, bahkan meskipun kita menggunakan penyembur api tukang las. Tidak peduli betapa besar hasrat kita untuk memanaskannya, air tidak akan lebih panas dari titik didihnya, (100 0C). tapi ingat titik didih ini akan berubah, bisa naik bisa juga turun, tergantung tekanan udara.
Kalau kita perhatikan lebih cermat yang terjadi di dalam air sewaktu kita memanaskannya sampai mendidih. Ketika kita mulai memanaskan air, temperaturnya naik. Artinya molekul-molekul air mengambil energi panas dan menunjukkannya dengan bergerak semakin cepat. Akibatnya sebagian molekul akan memiliki energi begitu besar sehingga mereka dapat melepaskan diri dari keterkaitannya yang cukup kuat dengan sesame molekul. Molekul-molekul yang lebih bertenaga mungkin bahkan menyikat teman-temannya yang paling dekat untuk merebut tempat lebih besar dalam cairan – menjadi gelembung yang kemudian naik dan meletup di permukaan sambil menyemburkan uap air – air dalam wujud gas. Kita tidak dapat melihat air dalam wujud gas ini sampai ketika mereka berada cukup jauh dari permukaan, menjadi dingin barang sedikit, lalu mengembun menjadi kumpulan butur-butir air yang kita sebut uap.
Kita menyebut seluruh proses rumit ini “mendidih”. Kesimpulan kita adalah bahwa air telah menyerap panas yang kita berikan di bawah panic kemudian menggunakan panas itu untuk mengubah diri dari zat air menjadi gas.
Mengubah air yang cair menjadi air yang berwujud gas memerlukan energi panas, karena energi itu diperlukan untuk mendobrak ikatan di antara tiap-tiap molekulnya. Andaikata molekul-molekulnya tidak saling tarik dengan yang lain, air tidak akan berwujud zat cair; air akan selalu berwujud gas; kondisi yang memungkinkan molekul-molekul bebas bergerak ke mana-mana. Setiap zat cair mempunyai tingkatan kelekatan antar molekul masing-masing, dan karena itu butuh tingkat energi yang tertentu pula untuk membobol ikatan tersebut, maka masing-masing memiliki temperature atau titik didih yang berbeda-beda. Air memerlukan temperature 100 0C untuk melepaskan ikatan di antara tiap molekulnya.
Sekarang, coba saja tambah panasnya. Makin banyak energi panas per detik yang kita pompakan ke dalam api, makin banyak molekul air per detik yang akan mendapatkan cukup energi untuk membebaskan diri dan terlempar ke luar sebagai gas. Air akan mendidih lebih “bersemangat” untuk mendidih. Begitu pula penguapannya menjadi lebih cepat.
Tapi, panas tambahan yang kita pasok itu tidak membuat temperaturnya naik lagi karena betapa pun banyaknya energi yang diterima oleh molekul air, mereka hanya memakai energi itu secukupnya untuk membebaskan diri dari tarik-menarik antarmolekul, maka energi selebihnya ikut terbang bersama molekul bersama molekul-molekul itu. Dengan perkataan lain, setelah tiap molekul mendapatkan energi yang cukup untuk saling membebaskan diri, energi tambahan yang diberikan hanya akan dipakai untuk membuat mereka mempercepat laju pembebasan diri. Energi ekstra, dan temperature lebih tinggi yang terkandung di dalamnya terhimpun dalam uap, bukan dalam cairan yang masih berada dalam panic. Temperature air sendiri masih akan sama – pada “titik didih” air – sampai seluruh air yang ada di situ menguap.
Ketika kita memasak nasi, nasi kita tidak akan matang lebih cepat dengan membebaskan aliran gas pada kompor. Oleh karena itu hematlah energi yang kita miliki.
Perlu diingat!!!
Tidak perduli berapa besar api yang kita berikan di bawah sepanci air yang sedang mendidih, air itu tidak akan bertambah panas.